Minggu, 17 April 2016

MAKALAH PEMBELAJARAN MAHARAT AL-QIRA’AH



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Membaca merupakan keterampilan bahasa yang tidak kalah pentingnya dibanding keterampilan bahasa yang lainnya. Kalau dalam pelajaran menyimak, siswa memiliki banyak keterbatasan baik dari sisi waktu berlatih, minimnya bahan simakan, dan kurang terpenuhinya sarana yang dibutuhkan. Dalam pelajaran berbicara siswa memiliki keterbatasan baik dari sisi kesempatan berbicara, lawan bicara, dan lain sebagainya.
            Membaca merupakan pelajaran yang paling banyak peluang untuk dikembangkan. Di samping banyak tersedia bahan bacaan dalam berbagai bidang ilmu, kegiatan membaca juga bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu membaca bisa dijadikan salah satu fokus orientasi program pembelajaran bahasa Asing, termasuk bahasa arab.
B. Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat dari pembelajaran maharah qiro’ah ?
2.      Apa tujuan dari pembelajaran maharah qiro’ah ?
3.      Apa sajakah jenis-jenis dari qiro’ah tersebut ?
4.      Bagaimana metode pembelajaran maharah qiro’ah ?
5.      Bagaimana bentuk evaluasi pembelajaran maharah qiro’ah ?
C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui dan memahami hakikat dari pembelajaran maharah qiro’ah.
2.      Untuk mengetahui dan memahami tujuan pembelajaran maharah qiro’ah.
3.      Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis qiro’ah.
4.      Untuk mengetahui dan memahami metode pembelajaran maharah qiro’ah.
5.      Untuk mengetahui dan memahami bentuk evaluasi pembelajaran maharah qiro’ah.

BAB II
PEMBAHASAN
“ Pembelajaran Maharat Al-Qiro’ah ”
A. Hakikat Pembelajaran Maharat Al-Qiro’ah
KBBI mendefinisikan membaca yakni melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, dengan melisankan atau hanya dalam hati. (Dendy Sugono, 2008:113)
Al-Naqah, mengemukakan bahwa membaca pada hakikatnya mencakup dua hal berikut : 1) Aspek mekanis yang mencakup respon fisiologis terhadap simbol-simbol yang tertulis, yakni memahami kata-kata serta dapat mengucapkannya. 2) Aspek kognitif yang mencakup pemahaman makna, memahami arah fikiran penulis, menginterpretasi, mengkritisi dan mengevaluasi serta membandingkan dengan pengalaman sebelumnya. (Mahmud Kamil Al-Naqah, 1985:185)
Dengan demikian, membaca mencakup dua aktifitas, yakni :
1. Kegiatan memperoleh materi tertulis secara ponetis, dalam arti, dapat melafalkan tulisan melalui membaca nyaring.
2. Usaha memperoleh makna suatu teks dengan cepat tanpa adanya suara, yakni
membaca dalam hati.
Menurut Abdul Alim Ibrahim, pengertian membaca mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan tersebut menurut beliau adalah sebagai berikut (Abdul ‘Alim Ibrahim, tt:57) :
1.      Dulu pengertian Qiro’ah sangat sempit, terfokus pada kemampuan mengungkap dan mengucapkan lambang tulisan.
2.      Pada tahap berikutnya, pengertian di atas, berkembang menjadi aktifitas berfikir disertai pemahaman.
3.      Pengertian kedua berkembang lagi dengan ditambah unsur lain, yaitu adanya interaksi antara pembaca dengan teks yang bisa membuat si pembaca menyetujui, membenci, mengagumi, merasa senang, sedih, dan sebagai adanya interaksi dengan teks tersebut.
4.      Pengertian diatas berkembang lagi menjadi penggunaan atau pengamalan apa yang dipahami pembaca dari sebuah teks dalam menghadapi problematika kehidupan.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa membaca ada yang bersifat mekanis dan ada pula yang bersufat kognitif.
Namun, disisi lain kita juga bisa melihat bahwa perkembangan pengertian membaca diatas menggambarkan tingkatan definisi membaca dari yang paling sederhana yang bertumpu pada kemampuan fakk al-rumuz sampai ke kemampuan sesungguhnya yang mengarah pada tilngkat fahm al-maqru’.
Kemampuan fakk al-rumuz adalah kemampuan mengenali lambang-lambang bunyi bahasa dan melafalkannya dengan benar. Sedangkan fahm Al-maqru adalah kemampuan mengenali, memahami, dan memetik makna dari lambang-lambang yang tersaji dalam bahasa tulis itu dalam arti yang sesungguhnya.

B.  Tujuan Pembelajaran Maharat Al-Qiro’ah
Dalam konteks pembelajaran bahasa arab, Al-Naqah mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran membaca dapat dilihat dari dua sisi, yaitu umum dan khusus. (Mahmud Kamil Al-Naqah, 1985:188)
Tujuan umum dari pembelajaran keterampilan membaca adalah dapat membaca bahasa arab dari arah kanan ke kiri dengan baik disertai dengan pemahaman. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1.      Siswa dapat mengaitkan lambang tulisan dengan bunyi ujaran.
2.      Siswa dapat membaca sebuah teks dengan nyaring.
3.      Siswa dapat membaca teks dengan lancar
4.      Siswa dapat memahami makna kosakata sesuai konteks.
5.      Siswa dapat menangkap makna umum dari suatu teks serta dapat memahami perubahan makna sesuai perubahan struktur kalimat.
6.      Siswa dapat memahami bacaan tanpa kendala berarti dari sisi sintaks dan morpologinya.
7.      Siswa dapat memahami ide secara detail dan dapat mengaitkan dengan ide pokoknya.
8.      Siswa dapat memahami tanda baca.
9.      Siswa dapat membaca berbagai jenis bacaan, mulai dari teks biasa, sastra, sejarah, iptek, dsb, dapat menyimpulkan, menganalisa, dan mengkritisi maknanya serta dapat menghubungkan apa yang ia baca dengan kebudayaan arab.
Namun, tujuan tersebut diatas pada dasarnya menunjukan tahapan penguasaan keterampilan membaca, yang dimulai tahapan sederhana menuju tahapan yang kompleks. Sedang tujuan pembelajaran membaca dalam konteks pembelajaran bahasa arab adalah :
1)      Melatih siswa cara membaca yang baik dan benar.
2)      Meningkatkan cakrawala bahasa siswa.
3)      Melatih pemahaman siswa terhadap berbagai teks.
Adapun dua aspek inti dari tujuan pembelajaran membaca, yaitu :
1.      Tujuan pengajaran membaca untuk pemula fokus pada pencapaian kompetensi pengucapan atau melek huruf, yaitu mengenali lambang bunyi bahasa dan melafalkannya dengan baik dan benar sesuai aturan fonetik dan tata bahasa arab.
2.      Tujuan pembalajaran membaca tingkat lanjut diarahkan pada pencapaian kompetensi pemahaman atau fahm al-maqru, yaitu melatih siswa untuk memahami, dan memetik makna dari lambang-lambang yang tersaji dalam bahasa tulis.
C. Jenis-jenis Qiro’ah
Menurut pandangan para ahli, secara umum pembelajaran membaca terdiri dari dua jenis, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Jenis-jenis membaca lainnya merupakan bagian dari jenis membaca dalam hati. (Walid Ahmad Jabir, 2002:49)
1.      Membaca nyaring (qiro’ah jahriyah)
Membaca nyaring merupakan keterampilan yang harus mendapat perhatian serius dalam proses pembelajaran. sebab, ia merupakan pondasi untuk mencapai semua kompetensi keterampilan membaca. Membaca nyaring melatih pelafalan kata dengan jelas sehingga siswa dapat menghubungkan antara lambang grafis dengan ponetisnya.
a.       Tujuan membaca nyaring
a)      Melatih siswa terbiasa mengucapkan huruf, kata, frase dan kalimat sesuai aturan tata bunyi bahasa Arab.
b)      Melatih siswa membaca dengan intonasi dan ritme yang sesuai dengan jenis kalimat dan kandungan maknanya.
c)      Melatih siswa untuk membaca ekspresif yang menunjukan pemahamannya terhadap teks yang dibaca.
d)     Melatih siswa agar memperhatikan tanda baca.

b.      Kelebihan dan Kekurangan Membaca Nyaring
Membaca nyaring merupakan teknik terbaik untuk melatih kelancaran pengucapan, performance dalam membaca, dan memngekspresikan makna terutama untuk siswa pemula. Membaca nyaring juga untuk mempermudah guru memantau kesalahan-kesalahan pengucapan pada siswa sehingga bisa segera membetulkannya. Membaca nyaring juga melatih siswa agar terbiasa untuk mempersiapkan diri pada profesi tertentu seperti, pembaca berita, penceramah, pembaca puisi, atau penyiar radiodan televisi. (Abdul ‘Alim Ibrahim, tt:70)
Adapun kekurangannya:
§  Membaca nyaring membutuhkan tenaga lebih banyak dari membaca dalam hati, karena pembaca dituntut untuk mengeluarkan suara keras.
§  Tingkat pemahaman yang diperoleh dari membaca nyaring lebih rendah dari membaca dalam hati.
§  Membaca yang populer dalam kehidupan sehari-hari adalah membaca dalam hati bukan membaca nyaring.
§  Membaca nyaring menimbulkan kegaduhan dan bisa menganggu orang lain.
2.      Membaca dalam Hati (Qiro’ah Shamitan)
Membaca dalam hati adalah membaca yang dilakukan hanya dengan menggunakan mata tanpa suara atau bisikan, bahkan tanpa menggerakan bibir.
Tujuan utama membaca dalam hati, ialah penguasaan dan pemahaman, baik pemahaman secara global maupun rincian-rinciannya. (Ahmad Fuad Effendi, 2004:124)
Unsur pokok dari membaca dalam hati adalah pemahaman dan kecepatan. Oleh sebab itu, siswa harus dilatih menguasai dan memahami bahan yang dibacanya dengan memperhatikan kecepatan dalam membaca.
a. Asas-Asas Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati memiliki beberapa landasan baik secara psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Secara psikologis, membaca dalam hati dapat memberi ketenangan dan sekaligus menutupi kekurangan alat ucap yang ada pada pembaca. Membaca dalam hati juga dapat meningkatkan konsentrasi, sehingga kandungan bacaan bisa terserap dengan baik.  Secara sosiologis, membaca dalam hati menghormati perasaan orang lain, apalgi jika aktifitas membaca itu dilakukan di ruang baca yang disediakan umum.
Secara fisiologis, membaca dalam hati memberi kesempatan anggota alat ucap untuk beristirahat. Membaca jenis ini juga dapat meringankan beban mata yang tidak perlu terlalu tajam memperhatikan kata dan kalimat.

b. Keistimewaan Membaca dalam Hati
Diantara keistimewaan membaca dalam hati adalah sebagai berikut (Walid Ahmad Jabir, 2002:51) :
§  Aspek Sosial
Membaca dalam hati lebih banyak dilakukan dari pada jenis membaca lainnya. Dan merupakan jenis membaca alami yang biasa digunakan masyarakat.



§  Aspek Ekonomis
Hasil penelitian menunjukan bahwa, membaca dalam hati lebih cepat dari pada membaca nyaring. Oleh karena itu, membaca dalam hati lebih ekonomis, hemat energi, dan hemat waktu.
§  Aspek Pemahaman
Membaca dalam hati lebih menjamin tingkat pemahaman, karena otak kita bisa lebih konsentrasi dan lebih fokus dibanding dengan membaca nyaring.
§  Aspek Pendidikan dan Psikologis
Membaca dalam hati lebih mudah dari membaca nyaring, karena tidak membebani alat ucap, tidak terlalu memperhatikan i’rob, tidak memperhatikan makharijul al-huruf, tanda baca dan sebagainya. Membaca dalam hati juga lebih menyenangkan dibanding membaca nyaring, karena dilakukan dengan suasana tenang.
                        c. Media Pembelajaran Membaca dalam Hati
Salah satu media yang bisa digunakan untuk berlatih membaca dalam hati, khususnya siswa pemula dan menengah adalah menggunakan kartu. Maksud kartu disini adalah sepotong kartu yang ditulisi kalimat, alinea, cerita, atau beberapa pertanyaan. Beberapa kartu yang bisa dijadikan media oleh guru dalam memberikan pelajaran, diantaranya yaitu : kartu intruksi, kartu memilih jawaban yang benar, kartu jawaban dari sebuah pertanyaan, kartu kuis atau game, kartu sempurnakan, kartu (kotak), cerita dan kartu pertanyaan.
Selain dua jenis membaca diatas, sebagian ahli pembelajaran bahasa mengemukakan jenis membaca yang lain, walaupun sebenarnya jenis-jenis membaca tersebut merupakan bagian dari kategori membaca dalam hati. Jenis-jenis membaca tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Membaca Intensif
Mebaca intensif adalah jenis membaca yang digunakan sebagai sarana pengajaran kosakata baru atau struktur baru. oleh karena itu, materinya biasanya cukup tinggi. Bahan bacaan jenis ini merupakan inti dari program pembelajaran bahasa, bahkan buku teks pelajaran mayoritas isinya adalah bahan bacaan jenis ini sehingga jam-jam pelajaran dan perhatian guru serta siswa terfokus pada materi qiro’ah ini, baik dalam konteks proses belajar mengajar (PBM) maupun dalam evaluasi. (Rusydi Ahmad Thu’aimah, 1985:562)
2. Membaca Ekstensif (Pengayaan) atau (Qiro’ah Muwassa’ah)
            Disebut membaca pengayaan karena membaca jenis ini merupakan penyempurnaan dan kelengkapan dari membaca intenshif. Membaca jenis ini biasanya berupa cerita, baik cerita panjang maupun pendek. Tujuan utamanya adalah penguatan terhadap materi yang sudah dipelajarinya pada membaca intensif, baik dari sisi kosa kata, maupun struktur. (Muhammad Ali Al-Khuli, 1982:113)
D. Metode Pembelajaran Membaca
Dalam pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang. Masing-masing memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya. Diantara metode-metode tersebut adalah (Muhammad Ali Al-Khuli. 1982:107):
1.      Metode Harfiyyah 
Guru memulai pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah satu persatu. Murid pun lambat dalam membaca, karena siswa cenderung membaca huruf per huruf daripada membaca kesatuan kata.
2.      Metode Sautiyyah
Dalam metode sautiyyah huruf diajarkan kepada siswa sebagai. Urutan pengajaran ini dimulai dengan mengajarkan huruf berharkat fathah seperti dan seterusnya, kemudian huruf berharkat dhammmah, selanjutnya huruf berharkat kasrah dan sukun. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran huruf berharkat fathatani tanwan. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran.
Diantara kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, karena siswa terbiasa membaca huruf hijaiyyah.

3.      Metode Suku kata 
Dalam metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus didahului oleh pembelajaran huruf mad.
4.      Metode Kata 
Metode kata ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui hal-hal yang umum dulu, kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang umum itu.
Dalam mengimplementasikan metode ini, guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar yang sesuai jika kata itu mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca oleh siswa. Setelah siswa mampu membaca kata tersebut, baru kemudian guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf yang terkandung dalam kata tadi.
Ø  Metode kata ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a.       Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan visual manusia yang dimulai dari hal-hal umum
b.      Membiasakan siswa berlatih membaca cepat
c.       Siswa memulai membaca satuan kata yang mempunyai arti
Ø  Metode ini mempunyai kekurangan, yaitu:
a.       Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar daripada kata yang diajarkan
b.      Terkadang siswa hanya menebak dan mengira kata berdasarkan gambar, bukan membaca yang sesungguhnya.
c.       Jika kata yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang mengacaukannya.

5.      Metode Kalimat
Prosedur pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara guru pertama kali menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh siswa.
Urutan metode kalimat ini adalah dari kalimat ke kata kemudian ke huruf.
Ø  Kelebihan metode kalimat ini adalah:
a.       Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan dimulai dari hal-hal umum menuju bagian-bagian yang kecil
b.      Metode ini mengedepankan satuan kalimat atau kata yang bermakna
c.       Membiasakan siswa membaca satuan yang lebih besar dan memperluas pandangan

Ø  Kelemahan dari metode ini:
a.       Sedikit banyak menguras tenaga guru dan membutuhkan guru yang terlatih, sementara ketersediaan guru professional dalam bidang pembelajaran bahasa arab bagi orang asing sangat terbatas.

6.      Metode Gabungan
Para pengikut metode gabungan ini berpendapat bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan pada waktu yang sama memiliki kekurangan. Maka yang terbaik adalah meramu semua metode dengan memperhatikan sisi baiknya, dan tidak terpaku kepada metode tertentu. (Muhammad Ali Al-Khuli. 1982:121)
Metode ini menggabungkan antara metode harfiyyah, sautiyyah, suku kata, Metode kata, metode kalimat.














BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dalam metode qiro’ah ini kita lebih memperhatikan cara atau metode bagaimana peserta didik mudah dalam memahami apa yang telah kita jelaskan, dan kita sebagai guru harus mencoba dan mencari metode-metode baru yang bisa membuat mereka lebih cepat paham. Kalau semenjak dini kita sudah mengajari mereka cara membaca yang cepat dan benar maka dengan sendirinya mereka akan selalu membaca.
Jika ini sudah terjadi maka bangsa kita akan maju karena bangsa majau yaitu bangsa yang banyak membaca. Mereka akan membaca dalam setiap kesempatan contohnya terlihat tidak hanya dalam perpustakaan umum dan peribadi tetapi juga di stasiun, di kereta, dan dalam perjalananpun mereka membaca.



















DAFTAR PUSTAKA

Ø  Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asalib Tadris al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Su’udiyyah.
Ø  Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra: Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um al-Qura.
Ø  Effendi, Ahmad Fuad. 2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Ø  Jabir , Walid Ahmad. 2002. Tadris al-Lughah al-Arabiyyah: Mafahim Nadzariyyah wa Tathbiqat ‘Amaliyyah. Amman Jordan: Dar al-Fikr Li al-Thaba’ah wa al-Nasyr.
Ø  Thu’aimah, Rusydi Ahmad. 1985. Dalil Amal fy I’dad al-Mawad al-Ta’limiyyah Li Barnamaj Ta’lim al-Arabiyyah. Makkah: Jami’at Um al-Qura.