BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Membaca
merupakan keterampilan bahasa yang tidak kalah pentingnya dibanding keterampilan
bahasa yang lainnya. Kalau dalam pelajaran menyimak, siswa memiliki banyak
keterbatasan baik dari sisi waktu berlatih, minimnya bahan simakan, dan kurang
terpenuhinya sarana yang dibutuhkan. Dalam pelajaran berbicara siswa memiliki
keterbatasan baik dari sisi kesempatan berbicara, lawan bicara, dan lain
sebagainya.
Membaca merupakan pelajaran yang
paling banyak peluang untuk dikembangkan. Di samping banyak tersedia bahan
bacaan dalam berbagai bidang ilmu, kegiatan membaca juga bisa dilakukan kapan
saja dan dimana saja. Oleh karena itu membaca bisa dijadikan salah satu fokus
orientasi program pembelajaran bahasa Asing, termasuk bahasa arab.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
hakikat dari pembelajaran maharah qiro’ah ?
2. Apa
tujuan dari pembelajaran maharah qiro’ah ?
3. Apa
sajakah jenis-jenis dari qiro’ah tersebut ?
4. Bagaimana
metode pembelajaran maharah qiro’ah ?
5. Bagaimana
bentuk evaluasi pembelajaran maharah qiro’ah ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui dan memahami hakikat dari pembelajaran maharah qiro’ah.
2. Untuk
mengetahui dan memahami tujuan pembelajaran maharah qiro’ah.
3. Untuk
mengetahui dan memahami jenis-jenis qiro’ah.
4. Untuk
mengetahui dan memahami metode pembelajaran maharah qiro’ah.
5. Untuk
mengetahui dan memahami bentuk evaluasi pembelajaran maharah qiro’ah.
BAB
II
PEMBAHASAN
“
Pembelajaran Maharat Al-Qiro’ah ”
A.
Hakikat Pembelajaran Maharat Al-Qiro’ah
KBBI
mendefinisikan membaca yakni melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis,
dengan melisankan atau hanya dalam hati. (Dendy Sugono, 2008:113)
Al-Naqah,
mengemukakan bahwa membaca pada hakikatnya mencakup dua hal berikut : 1) Aspek
mekanis yang mencakup respon fisiologis terhadap simbol-simbol yang tertulis,
yakni memahami kata-kata serta dapat mengucapkannya. 2) Aspek kognitif yang
mencakup pemahaman makna, memahami arah fikiran penulis, menginterpretasi,
mengkritisi dan mengevaluasi serta membandingkan dengan pengalaman sebelumnya. (Mahmud
Kamil Al-Naqah, 1985:185)
Dengan
demikian, membaca mencakup dua aktifitas, yakni :
1. Kegiatan memperoleh materi tertulis
secara ponetis, dalam arti, dapat melafalkan tulisan melalui membaca nyaring.
2.
Usaha memperoleh makna suatu teks dengan cepat tanpa adanya suara, yakni
membaca
dalam hati.
Menurut
Abdul Alim Ibrahim, pengertian membaca mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Perkembangan tersebut menurut beliau adalah sebagai berikut (Abdul ‘Alim
Ibrahim, tt:57) :
1. Dulu
pengertian Qiro’ah sangat sempit, terfokus pada kemampuan mengungkap dan
mengucapkan lambang tulisan.
2. Pada
tahap berikutnya, pengertian di atas, berkembang menjadi aktifitas berfikir
disertai pemahaman.
3. Pengertian
kedua berkembang lagi dengan ditambah unsur lain, yaitu adanya interaksi antara
pembaca dengan teks yang bisa membuat si pembaca menyetujui, membenci,
mengagumi, merasa senang, sedih, dan sebagai adanya interaksi dengan teks
tersebut.
4. Pengertian
diatas berkembang lagi menjadi penggunaan atau pengamalan apa yang dipahami
pembaca dari sebuah teks dalam menghadapi problematika kehidupan.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa membaca ada yang bersifat mekanis dan ada pula yang bersufat
kognitif.
Namun,
disisi lain kita juga bisa melihat bahwa perkembangan pengertian membaca diatas
menggambarkan tingkatan definisi membaca dari yang paling sederhana yang
bertumpu pada kemampuan fakk al-rumuz sampai ke kemampuan sesungguhnya yang
mengarah pada tilngkat fahm al-maqru’.
Kemampuan fakk al-rumuz adalah kemampuan mengenali
lambang-lambang bunyi bahasa dan melafalkannya dengan benar. Sedangkan fahm
Al-maqru adalah kemampuan mengenali, memahami, dan memetik makna dari
lambang-lambang yang tersaji dalam bahasa tulis itu dalam arti yang
sesungguhnya.
B. Tujuan Pembelajaran Maharat Al-Qiro’ah
Dalam
konteks pembelajaran bahasa arab, Al-Naqah mengemukakan bahwa tujuan
pembelajaran membaca dapat dilihat dari dua sisi, yaitu umum dan khusus.
(Mahmud Kamil Al-Naqah, 1985:188)
Tujuan
umum dari pembelajaran keterampilan membaca adalah dapat membaca bahasa arab
dari arah kanan ke kiri dengan baik disertai dengan pemahaman. Sedangkan tujuan
khususnya adalah :
1. Siswa
dapat mengaitkan lambang tulisan dengan bunyi ujaran.
2. Siswa
dapat membaca sebuah teks dengan nyaring.
3. Siswa
dapat membaca teks dengan lancar
4. Siswa
dapat memahami makna kosakata sesuai konteks.
5. Siswa
dapat menangkap makna umum dari suatu teks serta dapat memahami perubahan makna
sesuai perubahan struktur kalimat.
6. Siswa
dapat memahami bacaan tanpa kendala berarti dari sisi sintaks dan morpologinya.
7. Siswa
dapat memahami ide secara detail dan dapat mengaitkan dengan ide pokoknya.
8. Siswa
dapat memahami tanda baca.
9. Siswa
dapat membaca berbagai jenis bacaan, mulai dari teks biasa, sastra, sejarah,
iptek, dsb, dapat menyimpulkan, menganalisa, dan mengkritisi maknanya serta
dapat menghubungkan apa yang ia baca dengan kebudayaan arab.
Namun,
tujuan tersebut diatas pada dasarnya menunjukan tahapan penguasaan keterampilan
membaca, yang dimulai tahapan sederhana menuju tahapan yang kompleks. Sedang
tujuan pembelajaran membaca dalam konteks pembelajaran bahasa arab adalah :
1) Melatih
siswa cara membaca yang baik dan benar.
2) Meningkatkan
cakrawala bahasa siswa.
3) Melatih
pemahaman siswa terhadap berbagai teks.
Adapun
dua aspek inti dari tujuan pembelajaran membaca, yaitu :
1. Tujuan
pengajaran membaca untuk pemula fokus pada pencapaian kompetensi pengucapan
atau melek huruf, yaitu mengenali lambang bunyi bahasa dan melafalkannya dengan
baik dan benar sesuai aturan fonetik dan tata bahasa arab.
2. Tujuan
pembalajaran membaca tingkat lanjut diarahkan pada pencapaian kompetensi
pemahaman atau fahm al-maqru, yaitu melatih siswa untuk memahami, dan memetik
makna dari lambang-lambang yang tersaji dalam bahasa tulis.
C.
Jenis-jenis Qiro’ah
Menurut
pandangan para ahli, secara umum pembelajaran membaca terdiri dari dua jenis,
yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Jenis-jenis membaca lainnya
merupakan bagian dari jenis membaca dalam hati. (Walid Ahmad Jabir, 2002:49)
1. Membaca
nyaring (qiro’ah jahriyah)
Membaca
nyaring merupakan keterampilan yang harus mendapat perhatian serius dalam
proses pembelajaran. sebab, ia merupakan pondasi untuk mencapai semua
kompetensi keterampilan membaca. Membaca nyaring melatih pelafalan kata dengan
jelas sehingga siswa dapat menghubungkan antara lambang grafis dengan
ponetisnya.
a. Tujuan
membaca nyaring
a) Melatih
siswa terbiasa mengucapkan huruf, kata, frase dan kalimat sesuai aturan tata
bunyi bahasa Arab.
b) Melatih
siswa membaca dengan intonasi dan ritme yang sesuai dengan jenis kalimat dan
kandungan maknanya.
c) Melatih
siswa untuk membaca ekspresif yang menunjukan pemahamannya terhadap teks yang
dibaca.
d) Melatih
siswa agar memperhatikan tanda baca.
b. Kelebihan
dan Kekurangan Membaca Nyaring
Membaca
nyaring merupakan teknik terbaik untuk melatih kelancaran pengucapan,
performance dalam membaca, dan memngekspresikan makna terutama untuk siswa
pemula. Membaca nyaring juga untuk mempermudah guru memantau
kesalahan-kesalahan pengucapan pada siswa sehingga bisa segera membetulkannya.
Membaca nyaring juga melatih siswa agar terbiasa untuk mempersiapkan diri pada
profesi tertentu seperti, pembaca berita, penceramah, pembaca puisi, atau
penyiar radiodan televisi. (Abdul ‘Alim Ibrahim, tt:70)
Adapun kekurangannya:
§ Membaca
nyaring membutuhkan tenaga lebih banyak dari membaca dalam hati, karena pembaca
dituntut untuk mengeluarkan suara keras.
§ Tingkat
pemahaman yang diperoleh dari membaca nyaring lebih rendah dari membaca dalam
hati.
§ Membaca
yang populer dalam kehidupan sehari-hari adalah membaca dalam hati bukan
membaca nyaring.
§ Membaca
nyaring menimbulkan kegaduhan dan bisa menganggu orang lain.
2. Membaca
dalam Hati (Qiro’ah Shamitan)
Membaca dalam hati adalah membaca yang
dilakukan hanya dengan menggunakan mata tanpa suara atau bisikan, bahkan tanpa
menggerakan bibir.
Tujuan
utama membaca dalam hati, ialah penguasaan dan pemahaman, baik pemahaman secara
global maupun rincian-rinciannya. (Ahmad Fuad Effendi, 2004:124)
Unsur pokok dari membaca dalam hati
adalah pemahaman dan kecepatan. Oleh sebab itu, siswa harus dilatih menguasai
dan memahami bahan yang dibacanya dengan memperhatikan kecepatan dalam membaca.
a. Asas-Asas Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati memiliki beberapa
landasan baik secara psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Secara
psikologis, membaca dalam hati dapat memberi ketenangan dan sekaligus menutupi
kekurangan alat ucap yang ada pada pembaca. Membaca dalam hati juga dapat
meningkatkan konsentrasi, sehingga kandungan bacaan bisa terserap dengan baik. Secara sosiologis, membaca dalam hati
menghormati perasaan orang lain, apalgi jika aktifitas membaca itu dilakukan di
ruang baca yang disediakan umum.
Secara fisiologis, membaca dalam hati
memberi kesempatan anggota alat ucap untuk beristirahat. Membaca jenis ini juga
dapat meringankan beban mata yang tidak perlu terlalu tajam memperhatikan kata
dan kalimat.
b. Keistimewaan Membaca
dalam Hati
Diantara
keistimewaan membaca dalam hati adalah sebagai berikut (Walid Ahmad Jabir,
2002:51) :
§ Aspek
Sosial
Membaca dalam hati lebih
banyak dilakukan dari pada jenis membaca lainnya. Dan merupakan jenis membaca
alami yang biasa digunakan masyarakat.
§ Aspek
Ekonomis
Hasil penelitian
menunjukan bahwa, membaca dalam hati lebih cepat dari pada membaca nyaring.
Oleh karena itu, membaca dalam hati lebih ekonomis, hemat energi, dan hemat
waktu.
§ Aspek
Pemahaman
Membaca dalam hati
lebih menjamin tingkat pemahaman, karena otak kita bisa lebih konsentrasi dan
lebih fokus dibanding dengan membaca nyaring.
§ Aspek
Pendidikan dan Psikologis
Membaca dalam hati lebih mudah dari
membaca nyaring, karena tidak membebani alat ucap, tidak terlalu memperhatikan
i’rob, tidak memperhatikan makharijul al-huruf, tanda baca dan sebagainya.
Membaca dalam hati juga lebih menyenangkan dibanding membaca nyaring, karena
dilakukan dengan suasana tenang.
c. Media Pembelajaran
Membaca dalam Hati
Salah satu media yang bisa digunakan untuk
berlatih membaca dalam hati, khususnya siswa pemula dan menengah adalah
menggunakan kartu. Maksud kartu disini adalah sepotong kartu yang ditulisi
kalimat, alinea, cerita, atau beberapa pertanyaan. Beberapa kartu yang bisa
dijadikan media oleh guru dalam memberikan pelajaran, diantaranya yaitu : kartu
intruksi, kartu memilih jawaban yang benar, kartu jawaban dari sebuah
pertanyaan, kartu kuis atau game, kartu sempurnakan, kartu (kotak), cerita dan
kartu pertanyaan.
Selain
dua jenis membaca diatas, sebagian ahli pembelajaran bahasa mengemukakan jenis
membaca yang lain, walaupun sebenarnya jenis-jenis membaca tersebut merupakan
bagian dari kategori membaca dalam hati. Jenis-jenis membaca tersebut,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Membaca Intensif
Mebaca
intensif adalah jenis membaca yang digunakan sebagai sarana pengajaran kosakata
baru atau struktur baru. oleh karena itu, materinya biasanya cukup tinggi.
Bahan bacaan jenis ini merupakan inti dari program pembelajaran bahasa, bahkan
buku teks pelajaran mayoritas isinya adalah bahan bacaan jenis ini sehingga
jam-jam pelajaran dan perhatian guru serta siswa terfokus pada materi qiro’ah
ini, baik dalam konteks proses belajar mengajar (PBM) maupun dalam evaluasi.
(Rusydi Ahmad Thu’aimah, 1985:562)
2.
Membaca Ekstensif (Pengayaan) atau (Qiro’ah Muwassa’ah)
Disebut membaca pengayaan karena
membaca jenis ini merupakan penyempurnaan dan kelengkapan dari membaca
intenshif. Membaca jenis ini biasanya berupa cerita, baik cerita panjang maupun
pendek. Tujuan utamanya adalah penguatan terhadap materi yang sudah
dipelajarinya pada membaca intensif, baik dari sisi kosa kata, maupun struktur.
(Muhammad Ali Al-Khuli, 1982:113)
D. Metode
Pembelajaran Membaca
Dalam
pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan
berkembang. Masing-masing memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya. Diantara
metode-metode tersebut adalah (Muhammad Ali Al-Khuli. 1982:107):
1. Metode Harfiyyah
Guru memulai
pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah satu persatu. Murid pun lambat
dalam membaca, karena siswa cenderung membaca huruf per huruf daripada membaca
kesatuan kata.
2. Metode Sautiyyah
Dalam metode
sautiyyah huruf diajarkan kepada siswa sebagai. Urutan pengajaran ini dimulai
dengan mengajarkan huruf berharkat fathah seperti dan seterusnya, kemudian
huruf berharkat dhammmah, selanjutnya huruf berharkat kasrah dan sukun. Setelah
itu lalu beralih ke pelajaran huruf berharkat fathatani tanwan. Setelah itu
lalu beralih ke pelajaran.
Diantara
kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan
namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini
terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, karena siswa
terbiasa membaca huruf hijaiyyah.
3. Metode Suku kata
Dalam metode
ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata yang
tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus didahului
oleh pembelajaran huruf mad.
4. Metode Kata
Metode kata
ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui
hal-hal yang umum dulu, kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang
umum itu.
Dalam mengimplementasikan
metode ini, guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar
yang sesuai jika kata itu mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu
beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya guru menampilkan kata tadi
tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca oleh siswa. Setelah siswa mampu
membaca kata tersebut, baru kemudian guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf
yang terkandung dalam kata tadi.
Ø Metode kata
ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Sejalan
dengan landasan psikologis pengetahuan visual manusia yang dimulai dari hal-hal
umum
b. Membiasakan
siswa berlatih membaca cepat
c. Siswa
memulai membaca satuan kata yang mempunyai arti
Ø Metode ini
mempunyai kekurangan, yaitu:
a. Terkadang
siswa lebih terfokus pada gambar daripada kata yang diajarkan
b. Terkadang
siswa hanya menebak dan mengira kata berdasarkan gambar, bukan membaca yang
sesungguhnya.
c. Jika kata
yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang mengacaukannya.
5. Metode Kalimat
Prosedur
pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara guru pertama kali
menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian
membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh siswa.
Urutan
metode kalimat ini adalah dari kalimat ke kata kemudian ke huruf.
Ø Kelebihan
metode kalimat ini adalah:
a. Sejalan
dengan landasan psikologis pengetahuan dimulai dari hal-hal umum menuju bagian-bagian
yang kecil
b. Metode ini
mengedepankan satuan kalimat atau kata yang bermakna
c. Membiasakan
siswa membaca satuan yang lebih besar dan memperluas pandangan
Ø Kelemahan
dari metode ini:
a. Sedikit
banyak menguras tenaga guru dan membutuhkan guru yang terlatih, sementara
ketersediaan guru professional dalam bidang pembelajaran bahasa arab bagi orang
asing sangat terbatas.
6. Metode Gabungan
Para
pengikut metode gabungan ini berpendapat bahwa setiap metode memiliki kelebihan
dan pada waktu yang sama memiliki kekurangan. Maka yang terbaik adalah meramu
semua metode dengan memperhatikan sisi baiknya, dan tidak terpaku kepada metode
tertentu. (Muhammad Ali Al-Khuli. 1982:121)
Metode ini menggabungkan antara
metode harfiyyah, sautiyyah, suku kata, Metode kata, metode kalimat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dalam
metode qiro’ah ini kita lebih memperhatikan cara atau metode bagaimana peserta
didik mudah dalam memahami apa yang telah kita jelaskan, dan kita sebagai guru
harus mencoba dan mencari metode-metode baru yang bisa membuat mereka lebih
cepat paham. Kalau semenjak dini kita sudah mengajari mereka cara membaca yang
cepat dan benar maka dengan sendirinya mereka akan selalu membaca.
Jika ini
sudah terjadi maka bangsa kita akan maju karena bangsa majau yaitu bangsa yang
banyak membaca. Mereka akan membaca dalam setiap kesempatan contohnya terlihat
tidak hanya dalam perpustakaan umum dan peribadi tetapi juga di stasiun, di
kereta, dan dalam perjalananpun mereka membaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø
Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asalib
Tadris al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah al-Arabiyyah
al-Su’udiyyah.
Ø
Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim
al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra: Ususuh, Mahakhiluh,
Thuruq Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um al-Qura.
Ø
Effendi, Ahmad Fuad. 2004. Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Ø
Jabir , Walid Ahmad. 2002. Tadris
al-Lughah al-Arabiyyah: Mafahim Nadzariyyah wa Tathbiqat ‘Amaliyyah. Amman
Jordan: Dar al-Fikr Li al-Thaba’ah wa al-Nasyr.
Ø
Thu’aimah, Rusydi Ahmad. 1985. Dalil
Amal fy I’dad al-Mawad al-Ta’limiyyah Li Barnamaj Ta’lim al-Arabiyyah.
Makkah: Jami’at Um al-Qura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar