Minggu, 17 April 2016

Makalah Metode Pembelajaran Macam-Macam Maharah Untuk Anak-Anak



  BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar  Belakang
Berdasarkan perkembangan sejarah mengajar, para ahli pendidikan menyelidiki cara mengajar yang terbaik dan tercepat dapat mencapai tujuan pengajaran. Ketika orang tua dan guru peduli terhadap dunia pendidikan, mulailah mereka mencatat pengalaman dan pendiriannya tentang mendidik anak dan menerbitkan berbagi catatan dalam bentuk buku. Dari buku tersebut, kemudian berkembang menjadi diskusi ataupun eksperimen tentang usaha mencari metode mengajar yang paling tepat. Proses tersebut akhirnya melahirkan bermacam-macam aturan tentang pengajaran. Aturan-aturan tersebut sekarang disebut didaktik metodik.
1.2.Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya pada ruang lingkup metode pembelajaran macam- macam maharah untuk anak-anak.
1.3.Metode pembahasan
Dalam hal ini kami menggunakan:
1.      Metode Deskriptif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu metode pembelajaran macam-macam maharah untuk anak-anak .
2.      Penelitian Kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan-bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang akan di jelaskan.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Metode Pembelajaran Bahasa Arab Pada Anak Usia Dini
Berdasarkan perkembangan sejarah mengajar, para ahli pendidikan menyelidiki cara mengajar yang terbaik dan tercepat dapat mencapai tujuan pengajaran. Ketika orang tua dan guru peduli terhadap dunia pendidikan, mulailah mereka mencatat pengalaman dan pendiriannya tentang mendidik anak dan menerbitkan berbagi catatan dalam bentuk buku. Dari buku tersebut, kemudian berkembang menjadi diskusi ataupun eksperimen tentang usaha mencari metode mengajar yang paling tepat. Proses tersebut akhirnya melahirkan bermacam-macam aturan tentang pengajaran. Aturan-aturan tersebut sekarang disebut didaktik metodik.
Didaktik terus berkembang, para pendidik menyusun berbagai cara agar dapat menanamkan pengetahuan kepada anak didiknya dengan cara tersingkat dan terpasti. Saat akan mendidik, pengajar (guru / orang tua) berpikir tentang alat-alat yang harus digunakan yang sesuai dengan materi pelajaran. Selain itu, dipikirkan pula waktu (jam) mengajar dalam kurun waktu tertentu seperti kegiatan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Cara mengajar yang ditempuh para pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran ini kemudian dinamakan metodik atau metode, yang artinya “cara sistematis untuk menyampaikan pelajaran”.
Didaktik metodik terus tumbuh dan mengalami pembaruan sehingga didaktik metodik yang sekarang digunakan (awal abad ke-21 M) berbeda dengan didaktik metodik zaman Comenius yang hidup pada abad ke-18/19. Ilmu pengetahuan tentang anak-anak, baru sungguh-sungguh dipelajari pada akhir abad ke-19. Pengetahuan baru tersebut menerangkan bahwa jika seseorang hendak mengajar anak-anak dengan baik, harus mengetahui bagaimana jiwa anak-anak tersebut berkembang seperti bagaimana anak-anak mengamati, berpikir, bereaksi, serta apa yang mereka pahami pada suatu tingkat perkembangan tertentu dan apa yang belum dapat mereka pahami.




Secara umum, metode pendidikan banyak sekali jenisnya. Akan tetapi, tidak semua khazanah metode pengajaran tersebut cocok bagi program kegiatan usia TK dan kelompok bermain, misalnya metode ceramah tidak cocok untuk program kegiatan belajar usia TK dan kelompok bermain, karena metode ceramah menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama padahal rentan anak relatif singkat.
Metode pengajaran yang dilaksanakan untuk usia TK dan Kelompok Bermain secara umum, yakni :
                        1. Metode Bercerita ;
                        2. Metode Bercakap-cakap ;
                        3. Metode Berdiskusi ;
                        4. Metode tanya jawab ;
                        5. Metode pengucapan syair ;
                        6. Metode dramatisasi ;
                        7. Metode pemberian tugas ;
                        8. Metode praktik langsung ;
                        9. Metode demonstrasi ;
                        10. Metode pantomim ;
                        11. Metode menyanyi ;
                        12. Metode skolastik/calistung/kinesteti ;
                        13. Metode bermain ;
                        14. Metode wisata bermain ;
                        15. Metode proyek/kerja kelompok ;
                        16. Metode gerak dan lagu ;
                        17. Metode menari ;
                        18. Metode permainan musik ;
                        19. Metode senam ;
                        20. Metode atraktif.


Karena begitu pentingnya nilai bermain dalam kehidupan usia anak TK dan Kelompok Bermain, pemanfaatan unsur bermain dalam setiap pelaksanaan metode tersebut merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan.

Bagi anak TK dan Kelompok Bermain, belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar. Dalam pendahuluan Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak (GBPKB-TK 1994) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah, dijelaskan bahwa program kegiatan belajar TK dan Kelompok Bermain meliputi upaya pengembangan yang mencakup hal sebagai berikut :
a) Program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di TK dalam rangka pembentukan perilaku, melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi pengembangan agama, moral Pancasila, disiplin, perasaan emosi, dan kemampuan bermasyarakat ;
b) Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar, melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru, meliputi pengembangan kemampuan Pendidikan Agama Islam (PAI), berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.
Pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar tersebut dicapai melalui metode yang digunakan agar dapat memacu perkembangan motorik, kognitif, bahasa, daya pikir/kreativitas, emosi, dan sosial anak.













2.2. Metode-Metode Pembelajaran Bahasa Arab Pada Anak Usia Dini
                        1. Metode Pembelajaran Menyimak
- Guru membacakan suatu topik atau kisah yang sesuai dengan materi kepada anak. Sementara itu, mereka menyimaknya dan tidak memegang teks yang dibacakan guru. Setelah selesai membacakan, guru memberikan sejumlah pertanyaan kepada anak mengenai materi yang mereka dengar, kemudian mereka mendiskusikannya. Contoh, guru memberikan sebuah cerita pendek tentang seekor kucing yang mana kucing itu diberi nama Qittun dan ketika itu semua anak disuruh untuk menyimaknya.


- Guru menyampaikan kisah kepada anak dengan bahasa yang sesuai. Lalu, guru meminta mereka untuk mengisahkan kembali cerita itu. Atau mereka bisa mengusulkan beberapa judul untuk kisah itu dan memilih satu judul yang sesuai. Kemudian, mereka menyampaikan kisah itu dengan bahasa mereka sendiri dengan atau tanpa bantuan pertanyaan yang diajukan guru.

                        2. Metode Pembelajaran Berbicara
·         Guru mencatat pokok-pokok utama dari suatu materi dan membacakannya kepada anak.
·         Guru meminta anak untuk berdiskusi tentang penjelasan aspek-aspek dari suatu topik     dan menentukan unsur-unsurnya.
·         Guru meminta dan mengarahkan anak untuk berbicara tentang topik itu.
·         Siswa berbicara tentang topik itu secara keseluruhan.
·         Guru memberitahu siswa mengenai kesalahan-kesalahan umum dari setelahnya mereka selesai berbicara.

                        3. Metode Pembelajaran Membaca
Bagi usia dini, pengejaan merupakan salah satu cara terbaik dan tercepat dalam pengajaran membaca. Pada fase ini, ada beberapa langkah yang bisa ditempuh guru, diantaranya:
a)  Mengenalkan huruf-huruf yang berdiri sendiri disertai harakatnya dan huruf-huruf „illah;
b) Memilih 28 kata yang terdiri dari kategori hewan, alat-alat rumah tangga, industri dan    sebagainya. Huruf pertama dari satu kata tidak boleh digunakan sebagai huruf pertama pada kata lain. Hewan-hewan dan alat-alat itu digambar oleh guru dan identitas dari gambar hewan dan alat itu dituliskan dibawahnya.

c) Menyampaikan suatu penggalan prosa yang jumlah katanya tidak kurang dari 50 kata. Isinya bisa berupa cerita tentang hewan, benda mati, manusia, atau alam.

Setelah fase pengejaan berakhir, ada lima cara yang bisa digunakan guru ditinjau dari sudut atau mudahnya suatu topik :
1) Jika penggalan suatu topik tidak memerlukan penjelasan, guru menyuruh salah seorang anak untuk membacanya dihadapannya. Sementara anak-anak lain membacanya pula secara pelan. Bila salah seorang diantara belum bisa memahaminya, ia diminta untuk membacanya sekali lagi dan menjelaskan maknanya ;
2) Jika penggalan suatu topik tidak memerlukan penjelasan bahkan cenderung membosankan, setiap anak diminta untuk membaca topik itu untuk menghindari rasa bosan ;
3) Jika penggalan suatu topik itu sulit, guru harus mampu memperjelas topik tersebut, lalu menyuruh anak-anak untuk membaca penggalan topik itu ;
4) Guru membacakan penggalan suatu topik di hadapan siswa dan mereka mendengarkannya. Kemudian guru menanyakan makna dari topik itu kepada mereka ;
5)   Guru memilih suatu penggalan dan menyuruh siswa untuk membacanya di rumah setelah menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami.
                        4. Metode Pembelajaran Menulis
Anak-anak mulai mencorat-coret (scribbling) sekitar usia 2 atau 3 tahun. Keahlian motorik mereka lazimnya berkembang sedemikian rupa sehingga mereka mulai sanggup menulis huru-huruf  pada masa awal kanak-kanak mereka. Hapir seua anak usia 4 tahun dapat menuliskan nama depan mereka. Anak usia 5 tahun dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang mereka lihat dan menirukan menulis beberapa kata yang pendek.
Kesalahan-kesalahan merupakan hal yang lazim terjadi kala anak mulai belajar menulis. Selama tingkat-tingkat awal sekolah dasar, banyak anak terus-menerus melakukan kekeliruan menuliskan huruf-huruf yang mirip satu sama lain, seperti b dan d, atau p dan q. Saat mulai menulis, anak-anak seringkali menciptakan ejaan-ejaan atau lafal-lafal baru. Mereka umumnya membuat lafal-lafal sesuai bunyi yang mereka dengar.




BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Secara umum, metode pendidikan banyak sekali jenisnya. Akan tetapi, tidak semua khazanah metode pengajaran tersebut cocok bagi program kegiatan usia TK dan kelompok bermain, misalnya metode ceramah tidak cocok untuk program kegiatan belajar usia TK dan kelompok bermain, karena metode ceramah menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama padahal rentan anak relatif singkat. Metode pengajaran yang dilaksanakan untuk usia TK dan Kelompok Bermain secara umum, yakni :
                        1. Metode Bercerita ;                                     
                        2. Metode Bercakap-cakap ;
                        3. Metode Berdiskusi ;
                        4. Metode tanya jawab ;
                        5. Metode pengucapan syair ;
                        6. Metode dramatisasi ;
                        7. Metode pemberian tugas ;
                        8. Metode praktik langsung ;
                        9. Metode demonstrasi ;
          10. Metode pantomim ;
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                        11. Metode menyanyi ;
                        12. Metode skolastik/calistung/kinesteti ;
                        13. Metode bermain ;
                        14. Metode wisata bermain ;
                        15. Metode proyek/kerja kelompok ;
                        16. Metode gerak dan lagu ;
                        17. Metode menari ;
                        18. Metode permainan musik ;
                        19. Metode senam ;
                        20. Metode atraktif.
Adapun metode-metode pembelajaran bahasa arab pada anak usia dini, meliputi :
·         Metode pembelajaran menyimak.
·         Metode pembelajaran berbicara.
·         Metode pembelajaran membaca.
·         Metode pembelajaran menulis.
















DAFTAR PUSTAKA

v  Ali Khuli, M. (2002). Model Pembelajaran bahasa Arab. Bandung: Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab.
v  Al-„Aliem Ibrahim, A. (tt). Al-Muwajjah al-Fannie li madrasah al-Lughah al-’Arabiyyah. Kairo: Dar al-Ma‟arif.
v  Hidayat, H. (2003). Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung: Katarsis.
v  Muhammad „Atha, I. (1999). Thuruq at-Tadries al-Lughah al-‘Arabiyyah. Kairo: Maktabah an-Nahdhah al-Mishriyyah.
v  Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: PT.Gelora Aksara Pratama.


 

2 komentar: